Didik Purwanto |
Reza Wahyudi |
Senin, 18 Juni 2012 | 15:41
Kompas Images/Lucky Pransiska
Filatelis memburu perangko seri Pusaka Hutan Sumatera yang baru diterbitkan di Departemen Kehutanan, Jakarta, Rabu (15/7).
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menjelaskan pemerintah Indonesia telah memutuskan bahwa prangko akan berada di level tinggi, bukan hanya sebagai media pembayaran (prangko sebagai pengganti biaya pengirim pos), tapi juga sebagai perangkat edukasi dan informasi.
"Banyak yang percaya filateli hanya sekadar koleksi prangko, tapi sebenarnya filateli mempelajari prangko. Di dalamnya ada budaya dan bagaimana orang berkomunikasi. Sekarang bukan hanya sebuah media pembayaran tapi juga sesuatu yang berharga," kata Tifatul dalam sambutan pembukaan acara World Stamp Champion 2012 di Jakarta Convention Center Jakarta, Senin (18/6/2012).
Agar prangko tetap menjadi koleksi berharga, PT Pos Indonesia berencana membuat prangko secara elektronik (electronic stamp). Upaya tersebut demi tetap melestarikan budaya filateli di seluruh dunia.
"Bagaimanapun surat yang dibubuhi prangko akan memiliki nilai sejarah tersendiri. Sehingga kita akan memadukan bisnis pos konvensional dengan digital," kata Direktur Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana.
Diversifikasi usaha dari perangko fisik ke prangko digital tersebut sudah dilakukan oleh kantor pos di negara maju baik di benua Amerika maupun Eropa. Mesin untuk teknologi tersebut juga sudah diciptakan.
Nantinya, pengguna bisa mengirim surat melalui email di kantor pos, memilih desain kartu pos maupun surat dan tetap membubuhkan prangko, walau dengan format prangko digital.
Prangko digital tersebut bisa dibeli secara prabayar (prepaid) dan akan dapat digunakan bila pengguna menginginkan akan mengirim surat di kemudian hari. Surat atau kartu pos yang dikirim tadi, akan dicetak di kartu pos dekat lokasi tujuan pengiriman.
"Sehingga surat akan tetap memiliki nilai sejarah, hanya dikirim melalui elektronik," kata Ketut.
Saat ini, PT Pos Indonesia sedang menyiapkan segala infrastruktur teknologinya. Perkiraan Ketut, proyek prangko digital ini akan selesai dalam 1-2 tahun ke depan.